Merah Putih adalah film drama historis Indonesia yang dirilis tahun 2009 dan merupakan bagian pertama dari rangkaian film "Trilogi Merdeka" yang merupakan trilogi film perjuangan pertama di Indonesia. Film ini disutradarai oleh Yadi Sugandi dan dirilis dengan semboyan "Untuk merdeka mereka bersatu". Film ini dibintangi antara lain oleh Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Zumi Zola, Teuku Rifnu Wikana, Rahayu Saraswati, Astri Nurdin, dan Rudy Wowor.
Merah Putih dirilis di bioskop secara nasional pada tanggal 13 Agustus 2009 di jaringan Bioskop 21 dan Blitzmegaplex.
Merah Putih adalah film yang diproduksi oleh kolaborasi Media Desa Indonesia milik Hashim Djojohadikusumo (pengusaha dan adik dari Prabowo Subianto) dan rumah produksi film nasional Margate House milik Rob Allyn dan Jeremy Stewart. Latar cerita film ini diambil berdasarkan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1947 saat terjadinya peristiwa Agresi Militer Belanda I ke jantung pemerintahan Republik Indonesia di Jawa Tengah. Cerita Merah Putih berputar di sekawanan karakter fiktif yang menjalin persahabatan sebagai kadet dan selamat dari pembantaian oleh tentara Belanda. Mereka kemudian berperang sebagai tentara gerilya di pedalaman dengan diwarnai konflik karena perbedaan sifat, status sosial, etnis, budaya, dan agama.
Berkisah tentang perjuangan melawan tentara Belanda pada tahun 1947. Amir (Lukman Sardi), Tomas (Donny Alamsyah), Dayan (Teuku Rifnu),Soerono (Zumi Zola), dan Marius (Darius Sinathrya) adalah lima kadet yang mengikuti latihan militer di sebuah Barak Bantir di Semarang Jawa Tengah. Masing-masing mempunyai latar belakang, suku, dan agama yang berbeda. Suatu ketika, kamp tempat mereka berlatih diserang tentara Belanda. Seluruh kadet kecuali Amir, Tomas, Dayan dan Marius terbunuh. Mereka yang berhasil lolos, bergabung dalam pasukan gerilya di pedalaman Jawa. Di sana, mereka menemui strategi untuk mengalahkan banyak pasukan Belanda.
Merah Putih dishoot dengan kamera film 35mm di tiga lokasi di Indonesia, yaitu Jakarta, Semarang dan Yogyakarta.
Sebelum membesut Merah Putih, Yadi Sugandi adalah sinematografer dan penata fotografi untuk film-film seperti 3 Hari untuk Selamanya (2007), The Photograph (2007), Under the Tree (2008), dan Laskar Pelangi (2008). Penataan artistik dikerjakan oleh Iri Supit yang pernah menggarap film Ca-bau-kan (2002) dan berbagai film laris Indonesia yang lain. Film ini juga dibintangi oleh banyak bintang film populer Indonesia seperti Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Zumi Zola, dan Teuku Rifnu Wikana. Film ini juga didukung oleh Astri Nurdin dan memperkenalkan aktris Rahayu Saraswati yang mendapat pendidikan akting di London dan Hollywood.
Film ini juga mengumpulkan tim ahli efek spesial dan ahli teknis film dengan pengalaman dalam pembuatan film Hollywood seperti: koordinator efek spesial dari Inggris Adam Howarth yang pernah terlibat dalam film Saving Private Ryan dan Blackhawk Down; koordinator stunt Rocky McDonald (Mission: Impossible II, The Quiet American); Penata rias dan artis efek visual Rob Trenton (The Dark Knight); Penata perlengkapan perang John Bowring (Crocodile Dundee II, The Matrix, The Thin Red Line, Australia, X-Men Origins: Wolverine); dan Asisten sutradara pertama Mark Knight (December Boys, Beautiful).
Merah Putih tergolong film yang sangat mahal dan mungkin paling mahal dalam sejarah perfilman Indonesia, namun karena didukung Hashim Djojohadikusumo (pengusaha yang tercatat sebagai orang terkaya ke-10 di Indonesia versi sebuah majalah terkenal), film tersebut dapat diproduksi dengan biaya 6 juta dolar AS atau setara dengan Rp 60 miliar untuk ketiga film dalam trilogi tersebut, termasuk juga untuk kegiatan promosi ke sejumlah negara di luar negeri.
Film tersebut dirilis empat hari menjelang Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-64 yaitu pada 13 Agustus 2009.
Sampai saat ini Merah Putih telah mengumpulkan pendapatan sebesar Rp. 8.562.008.000,00.
Film kedua dalam "Trilogi Merdeka" ini, yaitu Merah Putih 2: Darah Garuda telah dirilis pada bulan September 2010 dan film ketiga, Hati Merdeka, telah dirilis tahun 2011. Para pemain seperti Lukman Sardi, Darius Sinathrya, dan Rudy Wowor kembali bermain dalam sekuel-sekuel ini.
Genre : Action, Drama, Peperangan
Sutradara : Yadi Sugandi
Produser : Conor Allyn, Gary Hayes
Tanggal Rilis : 13 Agustus 2009
Produksi : Margate House Films
Durasi : 1 Jam 48 Menit
~> Latar Belakang Film
Latar cerita film ini diambil berdasarkan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1947 saat terjadinya peristiwa Agresi Militer Belanda I kepada pemerintahan Republik Indonesia di Jawa Tengah. Film Merah Putih menceritakan sekawanan karakter fiktif yang menjalin persahabatan sebagai kadet militer dan selamat dari pembantaian oleh tentara Belanda. Mereka kemudian berperang sebagai tentara gerilya di pedalaman dengan diwarnai konflik karena perbedaan sifat, status sosial, etnis, budaya, dan agama.
Film Merah Putih merupakan sebuah film nasionalisme, persatuan, persahabatan, dan toleransi agama untuk bersama-sama berjuang mempertahankan kemerdekaan. Kisah dimulai oleh kehidupan para tokoh yakni ada 5 pria di Sekolah Tentara Rakyat, mereka adalah Amir (Lukman Sardi), Marius (Darius), Thomas (Donny Alamsyah), Soerono (Zumi Zola), dan Dayan (Rifnu Wikana). Tujuan mereka adalah sama-sama ingin mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan belanda yang ingin membangun kekuasaan kembali di tanah air, yang dipimpin oleh Van Mook di salah satu kota Jawa Tengah.
Hari demi hari pun mereka lalui di sekolah Tentara Rakyat, tiba saatnya mereka lulus dan diperkenankan untuk kembali ke rumah masing-masing. Pada saat yang bersamaan terdapat sebuah acara di sebuah desa. Semula kegiatan berjalan lancar, namun tiba-tiba terjadi penyerangan oleh pihak Belanda pada desa tersebut. Sontak mereka pun langsung membalas serangan yang dilancarkan oleh pihak Belanda, hingga terjadi aksi saling serang dan peperangan tidak dapat terelakkan. Banyak korban berjatuhan dan mati tertembak oleh tentara Belanda termasuk Kepala Pejuang Tentara Indonesia, hingga akhirnya posisi Kepala Pejuang Tentara Indonesia digantikan oleh Amir. Dari sinilah muncul gerakan perang bergerilya yang dilakukan untuk membalas serangan Belanda dan mempertahankan keutuhan Bangsa Indonesia.
Amir dan para pejuang Indonesia mulai bergerilya dengan bersembunyi di hutan, diam-diam memasuki area pasukan Belanda dan menyerang mereka secara mendadak. Namun pada suatu saat mereka dikejutkan oleh penyerangan oleh Tentara Jepang pada saat mereka bergerilya dan singgah pada suatu desa. Para tentara Belanda membakar rumah penduduk dan menembaki semua warga yang ada disana, beruntung bagi tentara pejuang Indonesia, karena mereka dapat lolos dari kepungan dan serangan tentara Belanda dan kembali bersembunyi di hutan.
Dari kejadian ini, para tentara tentu sangat marah melihat para penduduk pribumi mati mengenaskan menjadi korban serangan tentara Belanda dan timbul jiwa nasionalisme untuk dapat membalas serta mengusir tentara Belanda dari bumi pertiwi ini. Kemudian dibuatlah sebuah rencana dengan menyerang kembali pasukan Belanda dengan membuat perangkap di sebuah jembatan yang diyakini akan dilewati oleh pasukan bantuan yang dikirimkan oleh pemerintahan Belanda. Mereka mempersiapkan berbagai peralatan persenjataan serta membagi tugas untuk membuat benteng pertahanan.
Hari yang dinantikan pun tiba, pada siang hari yang sedikit mendung, iringan mobil dan truk yang membawa tentara Belanda pun datang. Amir menyuruh setiap orang yang bertugas untuk berjaga dan bersiap-siap di posisi masing-masing. Pada jembatan yang akan dilewati oleh Tentara Belanda diberi jebakan dengan dipenuhi oleh domba dan beberapa petani, termasuk Thomas yang menyamar menjadi penggembala domba tersebut. Iringan mobil dan truk tentara belanda sampai di jembatan tersebut, karena dihalangi oleh para petani dan domba tersebut, akhirnya mereka tidak berhenti dan mencoba mengusir para petani dan domba tersebut. Pada saat itu, Thomas mencuri kesempatan dengan mendekati sebuah mobil tangki minyak dan menyelipkan beberapa bom di belakangnya, kemudian Thomas terjun ke sungai bersamaan dengan meledaknya tangki minyak yang dibawa oleh tentara Belanda. Kemudian disusul baku tembak yang dilakukan oleh tentara pejuang Indonesia yang dibantu oleh penduduk setempat dengan tentara Belanda. Satu persatu tentara Belanda tumbang, ledakan demi ledakan terus terdengar, tentara Belanda pun mulai kewalahan dan akhirnya menyerah di tangan tentara Pejuang Indonesia.
Film Merah Putih memiliki alur yang cukup kokoh dari awal hingga akhir film. Suasana yang dibuat menegangkan dengan latar belakang film masa penjajahan, terutama pada saat adegan baku tembak dan saling serang. Alur juga semakin menarik dan membangkitkan gairah penonton untuk ikut merasakan rasa kecewa dan marah kepada penjajah yang telah menindas para penduduk pribumi pada film ini. Adegan demi adegan, dari mulai pada saat bergerilya di hutan hingga pada saat melakukan aksi serangan balik yang dilakukan oleh para tentara pejuang Indonesia turut serta memunculkan jiwa Nasionalisme terhadap para penonton yang menyaksikan film ini.
Film Merah Putih tidak bisa mengimbangi gambaran operasi penyerangan dengan alur cerita. Strategi bergerilya dan pembalasan serangan ditampilkan terlalu sering dan lama sehingga memakan durasi. Selain itu, beberapa efek visual pada adegan baku tembak atau pada saat proses penyerangan sedikit terkesan berlebihan. Hal ini membuat beberapa adegan gagal memacu adrenalin penonton.
Sebuah kapal pesiar berbendera Indonesia dibajak teroris internasional di perairan Indonesia. Satu awak kapal ditembak mati, empat lainnya, termasuk kapten beserta tiga warga Perancis, satu warga Kanada dan satu warga Korea Selatan diculik dan dibawa ke suatu daerah di bagian selatan negara tetangga. Pimpinan penculik meminta tebusan dari negara-negara yang warganya diculik. Berkat pendekatan dari pemerintah Indonesia, negara tetangga tersebut memberi ijin kepada TNI masuk ke daerahnya untuk membebaskan sandera dalam waktu 2x24 jam. TNI membuat Operasi Gabungan. TNI AD melakukan operasi pendadakan dengan mengirimkan satu team dari Batalyon Anti Teror Kopassus yang diterjunkan malam hari secara free fall. Mereka dibantu pesawat tempur dari TNI AU, serta kapal-kapal perang TNI AL di pantai, serta operasi Kopaska (Pasukan Katak) dan Batalyon Marinir.
Departemen Pasca Produksi
Cerita film ini dimulai dengan adanya pembajakan kapal pesiar ukuran sedang berbendera Indonesia, Merah Putih diperairan wilayah Indonesia oleh teroris internasional. Satu orang awak kapal ditembak mati di kapal karena melakukan pembangkangan. Empat orang awak kapal termasuk kapten beserta tiga orang warga negara Perancis, satu orang warga negara Kanada dan satu orang warga negara Korea Selatan diculik dan dibawa ke suatu daerah di bagian selatan negara tetangga. Pimpinan penculik meminta tebusan dari negara-negara yang warga negaranya diculik dan sudah barang tentu termasuk Indonesia. TNI tidak bisa berbuat apa-apa karena teroris itu berada di negara lain/tetangga. Negara tetangga tersebut juga sedang kewalahan menghadapi para teroris ini karena Pemerintahnya sendiri mengalami banyak masalah dalam negeri. Namun karena pendekatan dari Pemerintah Indonesia negara tetangga tersebut memberi ijin dan kesempatan kepada TNI untuk masuk ke daerahnya untuk membebaskan sandera dibatasi dalam waktu 2x24 jam. Untuk itu TNI membuat rencana Operasi Gabungan yang melibatkan semua Angkatan. TNI AD melakukan operasi tertutup/pendadakan dengan mengirimkan 1 team dari Batalyon Anti Teror Kopassus yang diterjunkan malam hari secara free fall. Dalam keadaan siap siaga akan dibantu pesawat tempur dari TNI AU serta kapal-kapal perang TNI AL di pantai serta operasi Kopaska atau Pasukan Katak dan Batalyon Marinir untuk didaratkan. Semua satuan-satuan TNI ini akhirnya dilibatkan.
Film Merah Putih Memanggil sudah tayang di bioskop sejak tanggal 22 Oktober 2017 - 14 November 2017
Dengan latar belakang masa revolusi di awal tahun 1948, sekelompok kadet menjadi pasukan gerilya elit setelah kejadian pembunuhan massal para calon prajurit di tahun 1947. Setelah menyelesaikan misi yang berakhir tragis dengan kehilangan anggota, kesetiaan kelompok ini kembali diuji dengan mundurnya pimpinan mereka, Amir (Lukman Sardi) dari Angkatan Darat. Para kadet membawa dendam mereka dalam perjalanan misi mereka ke Bali tempat Dayan yang bisu (T Rifnu Wikana) tinggal, untuk membalas dendam kepada Belanda.
Mereka dikirim ke Bali untuk membunuh Kolonel Raymer (Michael Bell), yang telah membunuh keluarga Tomas (Donny Alamsyah) di awal trilogi ini. Tomas dipilih sebagai pemimpin baru dari kelompok kadet ini. Menghadapi meriam kapal perang Belanda, Marius yang playboy dan peminum (Darius Sinathrya) harus mengatasi rasa takutnya karena persaingannya dengan Tomas untuk memperebutkan Senja, seorang gadis berdarah biru (Rahayu Saraswati) Sesampainya di Bali, kelompok taruna ini menyelamatkan Dayu (Ranggani Puspandya) dari kekejaman Kolonel Raymer. Salah satu dari kelompok kadet hampir mati terbunuh. Saat teman mereka sedang berjuang antara hidup dan mati, kelompok kadet bertemu dengan pemimpin pemberontak bawah tanah Wayan Suta (Nugie). Tomas bentrok dengan pimpinan mereka terdahulu, Amir (Lukman Sardi) saat mereka merencanakan serangan terakhir untuk melawan Raymer.